Sabtu, 10 September 2011

Sulitnya Memilih Pemimpin


Oleh : Amru Alba Abqa, S.Ap
Setiap manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya. Pemimpin ada banyak tingkatan, tergantung apa yang dipimpinnya. Dalam suatu negara pemimpin tertinggi adalah kepala negara/ kepala pemerintahan, biasanya dijabat oleh raja/ presiden/ perdana menteri, tergantung sistem yang digunakan dinegara tersebut. Kalau negara kerajaan seperti Inggris, Arab Saudi dan Thailand dipimpin oleh raja. Kalau negara yang menganut sistem presidensial seperti Indonesia kepala negara adalah presiden, sedangkan negara yang menganut sistem parlementer dipimpin Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan dan raja sebagai kepala negara. Ditingkat propinsi ada gubernur, ditingkat kabupaten/ kota ada bupati/ wali kota.
Kecamatan dipimpin oleh Camat walaupun camat tidak dipilih langsung oleh rakyat tetapi ditunjuk oleh bupati namun masyarakat tetap menganggap camat adalah pemimpin tertinggi di kecamatan, camat dalam menjalankan roda pemerintahan di kecamatan juga dibantu oleh Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika), yang terdiri dari Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) dan Komandan Rayon Militer (Danramil). Ada sebagian orang yang menganggap Camat, Kapolsek dan Danramil adalah pejabat kabupaten karena mereka ditunjuk oleh atasannya di kabupaten. Tetapi terlepas dari itu camat adalah orang yang paling bertanggungjawab dalam suatu kecamatan.
Sekarang di Aceh, dibawah camat ada mukim yang dipimpin oleh Imum Mukim. Mukim adalah pimpinan khusus di Aceh yang sudah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan, malah dulu di Aceh tidak mengenal istilah camat tetapi setelah bupati langsung mukim. Sekarang juga ada ide untuk menghilangkan struktur camat karena mereka menganggap camat kurang kapabel karena bukan dipilih langsung oleh rakyat seperti halnya Geushik atau Bupati. Sedangkan di tingkat gampong ada Geushik, kepala dusun (Kadus) atau kepala lorong (Keplor) dan kepala RT. Dalam keluarga ada kepala keluarga. Bagi yang belum berkeluarga juga pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri seperti halnya pemuda. memimpin anggota tubuhnya agar tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum dan norma agama. Senenarnya semua kita adalah pemimpin.
Bukan hanya itu saja, bukan hanya yang memimpin lembaga formal saja yang disebut pemimpin, masih banyak pemimpin-pemimpin informal lain dalam masyarakat, malah lebih disegani dan dihormati. Di pusat ada pemimpin department di kementerian, Pemimpin Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta, pemimpin perusahaan, pemimpin organisasi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi massa, balai pengajian, pesantren modern/ pesantren tradisional (dayah), organisasi kepemudaan, organisasi profesi dan masih banyak lagi tidak sanggup kita sebut satu persatu.
Setiap tahun atau bahkan setiap bulan, ada saja pemilihan pemimpin di setiap kabupaten, minimal pemilihan Geushik Langsung (Pilciksung) di beberapa desa. Biasanya 3 bulan sebelum masa jabatan Geushik berakhir maka Tuha Peut Gampong membentuk Panitia Pemilihan Geushik (P2G) sedangkan dalam Qanun Aceh disebut Panitia Pemilihan Keusyik (P2K). P2K akan menerima pendaftaran calon keusyik selama 14 hari. Saat P2K membuka pendaftaran, masyarakat sudah mulai was-was, meraka khawatir jangan-jangan calon Geushik yang akan maju tidak sesuai dengan yang mereka harapkan apalagi untuk pemimpin-pemimpin yang akan menduduki jabatan yang lebih tinggi seperti bupati, walikota dan gubernur.
Saat ini sangat sulit memilih pemimpin, masyarakat cenderung curiga, hampir pada semua calon. Menurut masyarakat, pada umumnya calon hanya mengumbar janji saat kampanye, sedangkan setelah terpilih jauh panggang dari api. Apa yang mereka gembar-gemborkan saat kampanye, tidak ada yang terealisasi, setelah terpilih, semua mementingkan kelompok dan golongan masing-masing, lebih mengutamakan memberi jabatan dan proyek kepada tim sukses dibanding memperhatikan konstituen yang memilihnya. Krisis kepercayaan terjadi disemua lavel, hampir tidak ada lagi orang yang dipercayai oleh masyarakat, hampir tak ada lagi orang yang bisa jadi panutan. Bahkan ulama sekalipun jika sudah masuk ke ranah politik praktis sudah tidak dipercayai lagi, sudah begitu lemahnya kepercayaan masyarakat kepada politisi.
Menjelang Pilkada Aceh yang kemungkinan akan dilaksanakan pada Desember 2011 karena ada pergeseran jadwal, banyak sekali bakal calon bupati/ wabup/ gubernur/ wagub yang muncul. Semua menggunakan trik-trik tersendiri untuk meraih suara terbanyak. Bahkan untuk menjegal saingan, ada partai lokal yang tidak menginginkan adanya calon independen, sedangkan para aktivis, mahasiswa dan masyarakat umum menginginkan adanya calon independen. Ada yang begitu takut dengan calon independen, seolah-olah calon independen sudah pasti akan menang dan menjadi saingan utama Partai Aceh, padahal kenyataannya belum tentu begitu. Seharusnya partai lokal jangan takut pada calon independen, kalau mereka ingin menang usunglah kader-kader terbaik daerah ini. Semoga saja pada pilkada tahun 2011 ini para calon akan bersikap jujur, mau menerima kekalahan, tidak terjadi lagi intimidasi, kampanye hitam dan politik uang.
Penulis adalah Ketua Panitia Pemilihan Keusyik (P2K) Gampong Mns Drang Kec. Muara Batu Aceh Utara. Disampaikan kepada Democratic School of North Aceh sebagai syarat mengikuti Training Jurnalistik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar